SEPENGGAL KISAH ANAK NELAYAN

SEPENGGAL KISAH ANAK NELAYAN

Tulisan ini menceritakan sepenggal kisah dari seorang anak perempuan yang terlahir di suatu keluarga yang sangat menggemari kegiatan memancing. Sang Ayah berharap memiliki anak laki-laki tetapi ternyata yang dianugerahkan adalah anak perempuan. Sehingga sejak kecil anak perempuan ini terbiasa dibawa oleh Sang Ayah ikut memancing. Bahkan ketika libur sekolah tiba, hampir setiap hari si anak perempuan berada di laut untuk memancing. Tak heran di masa kecil si anak ini memiliki warna kulit yang hitam akibat terbakar matahari. Jika di sekolah ditanya oleh guru apa pekerjaan ayahnya, si anak selalu menjawab “Ayahku seorang nelayan”. 

Selama masa sekolah si anak perempuan ini boleh dibilang memiliki nilai yang cukup baik, memang tidak pernah peringkat 1, tetapi masih masuk dalam peringkat 10 besar. Ketika tiba saatnya masuk ke perguruan tinggi dan harus memilih jurusan apa yang akan diambil, awalnya si anak perempuan ini ingin jadi dokter. Tetapi berasal dari keluarga dengan ekonomi yang biasa saja, pada saat itu orang tuanya mengatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk membiayai kuliah kedokteran. Singkat cerita pada tahun 2006 jurusan Teknik Informatika sedang naik daun, banyak yang memilih jurusan tersebut, akhirnya dia ini mengambil jurusan tersebut tanpa pikir panjang dan sebenarnya tidak mengetahui dengan detail pilihannya tersebut. 

Keputusan yang diambil begitu saja hanya karena jurusan tersebut pada saat itu popular tentu saja tidak berujung baik. Mengetahui bahwa dia harus belajar coding, ternyata dia sangat tidak suka, merasa tidak akan bisa dan selalu menghindari semua mata kuliah coding. Untungnya di semester 4 mahasiswa diperbolehkan memilih peminatan yang akan menentukan mata kuliah yang bisa diambil. Si anak perempuan ini langsung memilih peminatan yang bisa menyelamatkan dirinya dari ketidak sukaannya terhadap coding yaitu Jaringan. Selama sisa masa kuliah sampai dengan lulus, dia berhasil melewatinya tanpa harus coding. 

Sembari menunggu tanggal wisuda, tentu saja normalnya mahasiswa yang sudah lulus pasti berpikir harus kerja setelah ini. Pada saat itu ada workshop dari salah satu perusahaan IT dari Jakarta yaitu PT Adicipta Inovasi Teknologi. Tanpa tahu menahu terlalu banyak terkait perusahaan ini, pada saat itu yang terlintas di pikiran anak ini hanyalah pemikiran bahwa dia harus dapat pekerjaan. Apalagi kalau pekerjaan tersebut di Jakarta. Sama seperti orang daerah pada umumnya, pemikiran bahwa kesuksesan harus diraih dengan berjuang di Ibu Kota juga yang mendasari keputusan anak ini untuk segera mengikuti tes seleksi yang diadakan oleh perusahaan tersebut. Yang mana anak perempuan ini berhasil diterima sebagai trainee untuk sebuah bank swasta yang menggunakan jasa di perusahaan ini. Rasa percaya diri yang dimiliki karena selama ini memiliki nilai akademik yang cukup baik membuat anak ini yakin bisa lulus training selama 4 bulan dengan mudah dan bisa bekerja di bank swasta yang ternama tersebut.  

kisah anak nelayan, SEPENGGAL KISAH ANAK NELAYAN, Advance Innovations

Ada pepatah mengatakan “The result you achieve will be in direct proportion to the effort you apply”. Jika memang tidak memberikan effort yang maksimal maka hasil yang didapat pasti tidak akan maksimal. Masa training selama 4 bulan telah berlalu dan datanglah surat pengumuman dari bank tersebut. Anak perempuan ini datang ke kantor pagi hari dengan perasaan yakin bahwa namanya ada di dalam surat itu. Dan hari itu menjadi salah satu hari di mana dunianya seperti runtuh, bagaikan tidak ada harapan. Ternyata nama anak tersebut tidak ada. Dia tidak diterima di bank tersebut. Pada saat si anak ini mengetahui bahwa dia ditolak, dia langsung keluar ke ruang kecil di samping ruang basement, terduduk dan menangis, merasa menjadi orang gagal, dunia tidak berpihak padanya, bagaimana dia harus memberi tahu orang tuanya, bagaimana jika ayahnya marah dan kecewa, kenapa dia bodoh sehingga ditolak, dan beribu pertanyaan kenapa lainnya. Mungkin pembaca merasa si anak perempuan ini berlebihan, tetapi ketika di hidupnya anak ini selalu bisa mencapai apa yang dia inginkan dan tidak pernah gagal, kejadian ini terasa berat untuknya. Cukup lama ada di pojok dan menangis, anak ini menerima panggilan masuk dari Ayahnya, yang tentu saja membuat ketakutan, apa yang harus dikatakan. Tetapi ketika dia angkat Ayahnya berkata “Papi tidak marah, Papi bangga sama kamu. Sekarang terserah mau bagaimana, Papi akan selalu dukung”. Sebuah pesan yang tidak disangka oleh anak ini, tapi kalimat tersebut justru membuat dia menangis semakin kencang. Sebagai gambaran Sang Ayah bukan tipe yang banyak bicara dengan anaknya, biasanya Sang Ayah hanya bertanya sejauh sudah makan, sudah pulang, jaga kesehatan, dsb. Sehingga ketika Ayahnya bicara seperti itu, sungguh sesuatu yang tidak pernah dialami sebelumnya. 

Setelah kurang lebih 2 jam menangis lalu dilanjutkan dengan merenung di pojokan dan menerima kata-kata dari Sang Ayah, dia merasa bahwa dia harus bertanggung jawab terhadap hidupnya. Saat itu dia adalah orang yang ditolak, tidak diterima, bagaimana dia bisa meningkatkan kemampuan dirinya dan mengembalikan kepercayaan dirinya. 

kisah anak nelayan, SEPENGGAL KISAH ANAK NELAYAN, Advance Innovations

Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil anak ini, seorang System Analyst di perusahaan tersebut yang bernama Pak John Son. Dia mengatakan bahwa anak perempuan ini bisa lanjut bekerja di perusahaan itu, memulai dari awal sebagai developer dan akan masuk ke dalam program pelatihan selama 2 minggu. Setelah lulus bisa bergabung ke tim CONFINS. Kembali lagi harus masuk ke dalam pelatihan yang mengajarkan supaya peserta bisa coding, hal yang paling dihindari, ditakuti dan tidak dikuasai. Tetapi saat itu dia sudah berbeda, anak ini mau supaya bisa dan tidak mengalami penolakan karena dianggap tidak mampu. Dia menanamkan dalam hatinya “Tidak ada yang tidak bisa di dunia ini jika kita berusaha”. Kata-kata ini dituliskan di buku yang digunakan selama mengikuti training. Setiap hari mengatakan pada dirinya sendiri “kamu harus bisa”. Training tersebut sangat berat untuk diikuti tanpa adanya kemampuan coding. Dia berusaha agar bisa mengikuti training dengan baik, berusaha memikirkan cara bagaimana supaya bisa menjalani ini lebih mudah. Kebetulan dia sangat suka bermain game, dia berusaha berpikir bahwa training ini adalah sebuah game, di mana setiap hari adalah level baru yang harus dilewati dan cara ini berhasil. Ketika menemui kesulitan dia selalu menganggap bahwa ini adalah level di mana dia harus melawan boss agar bisa ke level selanjutnya. Dengan begitu coding menjadi menarik, training dilalui dengan baik dan dia resmi bergabung ke tim New CONFINS yang pada saat itu sedang membuat produk R2 dan belum memiliki client. Coding menjadi bagian hidup yang menyenangkan setelah dijalani. Dulu dia tidak bisa karena dia tidak mau untuk mencoba. 

Hari-hari bekerja membuat sistem baru tentu tidak mudah, tantangan utama adalah desain yang masih terus menerus berubah. Pernah dialami olehnya 3 hari berturut melakukan perubahan terhadap halaman yang sudah selesai dikerjakan. Setiap hari Kamis, selalu ada review yang dilakukan oleh DIC CONFINS yaitu Pak Kastoto sampai jam 1 dini hari yang tentu saja menghasilkan daftar panjang perbaikan dan perubahan yang harus dilakukan dan harus selesai sebelum meeting selanjutnya. Tetapi ini tidak memupuskan atau mematahkan semangat yang baru menggebu kembali untuk terus melaju. 

Sedikit demi sedikit pekerjaan yang sulit mulai dipercayakan padanya. Salah satunya yang berkesan yaitu membuat halaman rescheduling di CONFINS. Namanya manusia pasti ada saatnya juga merasa ingin lari dari masalah yang sulit, termasuk tugas ini. Berhari-hari pekerjaan ini tidak selesai dan selalu ada yang kurang atau salah. Sampai suatu hari dia jatuh sakit dan dirawat selama 1 minggu. Saat itu dia berpikir ini adalah pertolongan Tuhan supaya pekerjaan yang sulit dan tak kunjung selesai itu diambil alih oleh orang lain. Tetapi sungguh manusia memang tidak bisa lari dari masalah. Dia harus menghadapi masalah yang sama ketika dia kembali masuk kerja. Salah satu pelajaran hidup juga yang dipelajari selama dia bekerja di sini dan itu juga yang membuat dia bisa bertahan. Masalah ada untuk dihadapi bukan dihindari. 

Dari developer mulai dipercaya menjadi Programmer Analyst dan kemudian System Analyst. Bohong apabila dia bisa terus selalu bisa optimis dan terus semangat, ada kalanya juga merasa tidak mampu dan tidak sanggup lagi tapi terus berusaha karena tidak mau dikatakan orang gagal. Semakin lama yang harus dihadapi sudah berbeda, bukan lagi masalah coding, tetapi bagaimana membangun hubungan yang baik dengan client dan bagaimana bisa melayani mereka dengan baik. Bagaimana caranya ketika dia sedang dalam kondisi hati yang tidak baik tetapi harus tetap bisa tersenyum dan berkomunikasi yang baik dengan client. Belajar bagaimana ketika client komplain dan dia harus menerima komplain tersebut tanpa terpancing ikut emosi. Bagaimana membuat client percaya dan yakin dengan dia. Termasuk bagaimana dia harus menangani tim yang semakin hari anggotanya semakin banyak. 

Saat ini anak perempuan ini sudah dipercaya untuk memegang 1 departemen yang beranggotakan 49 orang. Tentu hal baru ini menjadi tugas dan tantangan baru yang sulit, masih banyak sekali yang harus dipelajari. 

Jika penulis ditanya apakah anak ini sudah menjadi orang hebat atau orang sukses? Penulis bisa mengatakan dia masih jauh, belum bisa dibandingkan dengan orang-orang sukses dan hebat yang pembaca kenal. Tetapi penulis berharap dari tulisan ini setiap pembaca yang sedang mendapati dirinya merasa tidak bisa, tidak mampu atau merasa gagal bisa mendapat semangat baru. Dia dari seseorang yang tidak bisa coding, gagal, ditolak, berusaha untuk berubah, belajar, bertahan dan berjuang hingga sampai saat ini. Kalau dia bisa maka pembaca juga bisa. 2 bulan lagi dia sudah genap 10 tahun bekerja di perusahaan ini dan selalu menghadapi tantangan yang baru setiap harinya. Semoga pembaca bisa mendapatkan hal positif untuk dijadikan semangat dan inspirasi. 

Written by Stephanie Santosa

Author :

Ad-Ins

Published date :

06 Mei 2020