Tugas Collector beserta Peran dan Tanggung Jawabnya dalam Perusahaan Multi Finance
Hal apa yang terlintas pertama kali saat mendengar pekerjaan dan tugas Collector?
Bayangan sosok debt collector mengejar nasabah untuk menagih utang atau menagih angsuran kerap muncul. Ditambah bumbu-bumbu cerita bahwa ada penagih utang yang meneror kerabat nasabah maupun perselisihan tak terhindarkan antara kolektor dan nasabah.
Namun, dibalik citra negatif yang menempel di pikiran masyarakat tersebut, kolektor memiliki peran penting mengenai tugas dan tanggung jawab seorang dalam perusahaan multi finance. Dan tentunya menjadi kolektor dibilang tidak mudah, terlebih adanya image buruk di masyarakat. Yuk, kita simak penjelasan mengenai pekerjaan dan tugas collector berikut.
Baca juga: Keuntungan Penugasan Kolektor Melalui Perangkat Mobile
Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Debt Collector Sesuai Cara Kerjanya
Secara umum, tugas utama dari seorang collector dikelompokkan menjadi tiga tingkatan berdasar cara kerjanya.
1. Desk Collector
Tugas ini dilakukan kolektor yang berada di back office alias tidak turun ke lapangan. Mereka memiliki tugas untuk mengingatkan tanggal jatuh tempo cicilan nasabah melalui telepon, dulunya dilakukan dengan mengirim surat kepada nasabah. Karena berperan sebagai reminder, tugas desk collector berorientasi pada pelayanan nasabah sehingga bahasa komunikasinya terdengar lebih sopan dan halus.
2. Field Collector
Berbeda dengan desk collector yang berada di kantor saja, mereka memiliki tugas untuk turun tangan melakukan kunjungan jika nasabah yang dihubungi masih menunggak pembayaran atau telat membayar hingga beberapa waktu. Kolektor akan mengunjungi rumah nasabah dengan tujuan mengetahui seperti apa situasi nasabah berikut kondisi finansialnya.
Upaya memberi pengertian soal kewajiban nasabah dilakukan secara persuasif. Mereka akan menjelaskan pula konsekuensi yang bisa muncul jika keterlambatan pembayaran tidak dituntaskan segera.
Selain itu, kolektor juga memberikan tenggang waktu bagi nasabah untuk melunasi tunggakan, maksimal tujuh hari. Hal ini terkait dengan target kolektor yang harus dipenuhi tiap bulan. Jarang ada yang melakukan kunjungan harian.
Nasabah pun bisa membayarkan angsuran langsung kepada field collector. Maka, kolektor wajib memberikan bukti pembayaran resmi, bukan sekadar kuitansi.
3. Remedial Collector
Ketika sudah dilakukan proses penagihan, tetapi nasabah belum juga membayar angsuran, perusahaan akan menugaskan kolektor selanjutnya, yaitu remedial collector alias juru sita. Bisa dari internal dan bisa juga dari eksternal perusahaan pembiayaan atau multifinance. Tergantung dari kerumitan nasabah yang dihadapi. Kolektor kelompok ini bertugas melakukan penarikan barang yang dijadikan jaminan nasabah saat mengajukan pinjaman, entah itu motor, mobil, atau barang berharga yang dijadikan jaminan pada saat dibuatnya perjanjian.
Saat jurusita bekerja, mereka menerapkan perlakuan berbeda tergantung bagaimana respons nasabah terkait kewajibannya. Jika nasabah memahami duduk persoalannya dan sukarela menyerahkan jaminan sesuai kesepakatan, maka kolektor pun akan bersikap sopan.
Sebaliknya, jika nasabah tidak menunjukkan itikad baik, seperti sulit dihubungi, bersembunyi, tidak bertanggung jawab, hingga melarikan diri, maka kolektor bisa bertindak lain. Tak jarang diperlukan gertakan, merampas paksa, maupun mengancam akan memproses secara hukum. Tiap individu memiliki cara mereka masing-masing.
Meskipun demikian, kolektor harus pandai mengendalikan diri agar tidak sampai melakukan tindak pidana, antara lain memukul, merusak barang, atau mencemarkan nama baik.
Baca juga: Apa itu Kredit Macet dan mengapa itu penting
Bekal Kolektor Handal
Dalam melakukan pekerjaan ini, seorang kolektor harus cakap berkomunikasi, bernegosiasi, serta memiliki kemampuan analisis yang mumpuni. Ia juga mampu bekerja di bawah tekanan, mengendalikan situasi, dan bersikap tegas. Di sisi lain, kolektor juga punya target yang harus dicapai setiap bulan. Selain itu ada beberapa hal lainnya yang harus dilakukan untuk bisa mengerjakan tugas ini dengan lancar, seperti membangun image.
Image dari collector sering diasosiasikan dengan hal yang tidak ramah, namun sebenarnya, hal ini tidaklah benar. Image ini harus diubah dengan menciptakan persepsi bahwa kolektor adalah pihak yang bisa dijadikan konsultan dan bisa memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi. Bisa dimulai dari pakaian yang rapi hingga sikap humble kepada nasabah atau orang-orang di sekitarnya.
Selain membangun image yang baik, collector tentunya perlu memiliki sifat yang jujur. Hal ini dikarenakan akan ada banyak nasabah yang melakukan pembayaran kepada collection officer untuk diberikan kepada perusahaan. Sehingga, seorang collection officer harus bersikap jujur dan memberikan seluruh uang yang diterimanya kepada perusahaan tanpa dikurangi sedikitpun.
Fraud yang Dilakukan Debt Collector Nakal
Debitur yang mengalami kredit macet atau gagal membayar hutang tepat pada waktunya bisa menimbulkan kesalahpahaman dengan penyedia layanan kredit tersebut. Supaya hal ini tidak terjadi, debt collector akan ditugaskan oleh atasan mereka untuk menghubungi peminjam tersebut dengan cara apapun agar mereka segera membayar hutangnya. Sehingga perusahaan dapat memulihkan dukungan keuangan demi kelangsungan bisnis mereka. Sayangnya, terdapat sebagian debt collector yang masih ilegal menurut hukum.
Debt collector nakal maupun ilegal juga sering menjadi momok bagi peminjam yang menunggak utang ataupun kredit macet. Debt collector ilegal juga seringkali bertindak kasar baik verbal maupun non-verbal. Biasanya ini terjadi ketika debt collector tidak menerima pembayaran hutang atau menghasilkan kesepakatan dengan peminjam. Selain itu, debt collector juga dapat mengumpulkan keuntungan dan laba dari pembayaran kredit tersebut, mereka bisa saja melakukan tindakan pemerasan, serta ancaman untuk menyita aset dan barang-barang berharga milik peminjam.
Baca juga: Mengidentifikasi Debt Collector Nakal dan Cara Menghadapi Mereka
Cara Memantau Kinerja Collector
Perusahaan pembiayaan maupun penyedia jasa keuangan lainnya perlu memberikan arahan dan pelatihan untuk collector, ini bertujuan untuk meminimalkan risiko potensial. Selain itu, agar dalam menjalankan tugasnya collector tidak melakukan tindakan menyimpang dan dapat mempertahankan hubungan baik antara perusahaan dan pelanggan mereka sehingga kerugian finansial juga dapat berkurang.
Untuk memastikan bahwa collector tidak akan melakukan tindakan manipulasi (memalsukan/ menyalahgunakan) data untuk mendapatkan keuntungan pribadi, berikut merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
Pertama, perusahaan dapat mewajibkan dan mendesak collector untuk menandai posisi mereka selama jam kerja berlangsung. Karena ini adalah perintah langsung dari manajemen, bagi collector yang tidak mengubah lokasi GPS mereka selama bekerja akan diberikan sanksi. Langkah ini dapat berfungsi sebagai permulaan bagi perusahaan untuk melacak posisi collector dan memantau mereka selama bekerja. Cara ini juga bisa membantu perusahaan untuk memastikan apakah collector tersebut bertemu dengan debitur atau peminjam kredit di tempat-tempat yang umum dan tidak mencurigakan atau ilegal.
Kedua, perusahaan dapat menugaskan orang untuk memantau kinerja collector di lapangan. Sehingga perusahaan bisa mendapatkan informasi aktual tentang kinerja collector tersebut pada saat tertentu. collector merupakan profesi di bawah hukum, karenanya perusahaan dapat memiliki pengawas yang mengawasi kinerja mereka serta mencegah segala bentuk penyalahgunaan wewenang yang mungkin terjadi. Sehingga diharapkan agar kemungkinan kolektor untuk bertindak menyimpang semakin kecil pada saat bertemu dengan peminjam kredit untuk menagih utang.
Pengertian dan Perhitungan Credit Score
Skor kredit (credit score) merupakan sebuah sistem penilaian yang digunakan oleh bank dan jasa keuangan lainnya yang berfungsi menentukan kelayakan calon pelanggan atau nasabah dalam pengajuan kredit. Penyedia jasa keuangan dapat menentukan skor kredit berdasarkan bagaimana riwayat transaksi dari pelanggan tersebut, kondisi keuangan, jenis pekerjaan, status rumah, tanggungan keluarga, dan banyak lagi.
Skor kredit paling rendah biasanya dimulai dari angka 300, dan angka tertinggi yaitu 850. Jika nasabah atau peminjam memiliki skor yang rendah, hal ini bisa dianggap dalam melakukan pembayaran kredit nasabah tersebut sering telat dan tidak disiplin. Tentu saja ini akan menjadi pertimbangan bank di masa depan, sehingga dapat mempersulit nasabah untuk mendapatkan pinjaman baru.
Berbagai cara dan metode yang beragam digunakan untuk menghitung skor kredit. Metode ini biasanya didasarkan pada perhitungan angka dan weighting system untuk menilai berbagai jenis kriteria. Detail bagaimana perhitungan dan rumus untuk menghitung skor kredit tersebut hanya diketahui oleh penyedia jasa layanan itu sendiri. Akurasi hasil dari skor kredit akan bergantung dari kriteria dan kesesuaian dengan tujuan kredit tersebut. Selain itu, alat dan metode yang digunakan juga akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan skor kredit tersebut.
Berikut merupakan pembagian kategori kredit berdasarkan nilai skornya:
- Skor 1 (Kredit Lancar), yakni peminjam atau nasabah tidak pernah menunggak dan selalu membayar pinjaman kredit tepat waktu sampai pinjaman tersebut lunas.
- Skor 2 (Kredit DPK atau Kredit dalam Perhatian Khusus), yakni peminjam yang menunggak pembayaran kredit selama 1-90 hari.
- Skor 3 (Kredit Tidak Lancar), yakni peminjam yang menunggak pembayaran kredit selama 91-120 hari.
- Skor 4 (Kredit Diragukan), yakni peminjam yang menunggak pembayaran kredit selama 121-180 hari.
- Skor 5 (Kredit Macet), yakni peminjam yang menunggak pembayaran kredit lebih dari 180 hari.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya skor kredit. Namun, di bawah ini merupakan lima faktor utama dalam penghitungan skor kredit menurut FICO:
- Riwayat pembayaran: yang sering digunakan oleh kreditur yakni 35% dari skor kredit dan ketepatan waktu peminjam tersebut dalam membayar kredit.
- Pemanfaatan kredit: biasanya sebesar 30% dari skor kredit dan ini mengacu pada jumlah uang atau harta yang dimiliki oleh peminjam tersebut. Hal ini mempertimbangkan proporsi uang yang terutang terhadap total kredit yang tersedia.
- Durasi riwayat kredit: nilainya yakni 15% dari skor kredit. Semakin lama riwayat kredit dapat menunjukkan bahwa kredit beresiko rendah.
- Tipe kredit: nilainya sebesar 10% dari skor kredit. Ini menunjukkan berapa banyak tipe kredit yang dimiliki oleh peminjam, misalnya cicilan kartu kredit, cicilan rumah, ataupun cicilan mobil.
- Jumlah kredit baru: biasanya juga 10% dari skor kredit dan menunjukkan berapa banyak akun kredit baru yang dimiliki peminjam. Jika peminjam mengambil banyak pinjaman kredit, hal ini bisa menjadi risiko tinggi bagi pemberi pinjaman atau kreditur.
Itulah penjelasan mengenai pekerjaan dan tugas collector. Guna menunjang tugas collector, Anda dapat membekali mereka dengan aplikasi debt collector Mobile Collection dari AdIns. Dengan memasang aplikasi ini di smartphone, kolektor bisa mengakses data pelanggan dengan mudah.
Anda sebagai pihak manajemen pun leluasa mengelola dan memonitor kinerja debt collector Anda. Salah satunya dengan membatasi penerimaan jumlah uang kas dan validasi lokasi. Semua berlangsung real-time dan tersimpan langsung dalam sistem.
Jadi, siap membenamkan teknologi pada cara kerja kolektor di perusahaan Anda? AdIns sebagai perusahaan solusi IT di Indonesia siap membantu perusahaan Anda!