Technology Uses in Profiling Potential Banking Customers
Indonesia telah mengalami peningkatan ekonomi yang konsisten selama beberapa tahun belakangan. Hal ini terlihat dari populasi masyarakat yang semakin bertambah dan daya beli masyarakat yang terus meningkat akibat perkembangan informasi dan teknologi. Dengan adanya teknologi yang semakin maju, terjadi perubahan perilaku konsumen di era digita ini. Konsumen yang semakin hari semakin menguasai penggunakan produk digital ini seharusnya bisa menjadi kesempatan bagi perusahaan pembiayaan dan bank untuk mengembangkan teknologi yang ada. Internet telah menjadi sarana untuk mendapatkan informasi atau data yang tersimpan di server-server yang tersebar di seluruh dunia yang dapat diakses dan dibaca secara cepat. Hal ini dapat membantu bank dan perusahaan pembiayaan dalam memanfaatkan data-data tersebut untuk mempercepat proses kerja, seperti pengajuan kredit yang membutuhkan verifikas data yang cukup banyak mengenai calon debitur .
Saat ini sudah banyak perusahaan di Indonesia yang menyediakan peminjaman kredit yang bisa dilakukan secara online untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Pinjaman jenis online ini juga semakin menjamur, karena proses peminjaman yang relatif cepat dibandingkan dengan bank atau perusahaan multifinance lainnya. Oleh karena itu, pentingnya penerapan teknologi ini di bank dan perusahaan pembiayaan untuk mempercepat proses respon pengajuan kredit, mulai dari mengenali profil dan verifikasi data-data calon debitur.
Meskipun demikian, tidak semua permohonan kredit dari calon debitur dapat disetujui oleh pihak perbankan atau perusahaan pembiayaan. Untuk menentukan disetujui atau tidaknya sebuah permohonan kredit, maka dilakukan yang namanya analisa kredit. Perlu diketahui bahwa banyak faktor yang dipertimbangkan analisis kredit sebelum memberikan rekomendasi setuju atau tidak terhadap pengajuan calon debitur. Ada banyak faktor yang dipertimbangkan meliputi analisa 5C dan analisa 5P. Analisa 5C meliputi Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Condition (kondisi), dan Collateral (jaminan). Selain analisa 5C, ada yang analisa 5P yang meliputi Personality (kepribadian), Purpose (tujuan), Prospect (potensi), Payment (pembayaran), dan Party (golongan).
Tentu saja yang pertama kali dilakukan bank dan perusahaan multifinance untuk memasarkan produk atau program kreditnya adalah dengan berpromosi pada masyarakat, dengan promosi tersebut bank dan perusahaan multifinance mendapatkan calon debitur. Calon-calon debitur yang mengajukan pinjaman dalam jumlah tertentu tersebut akan dianalisa dan dipertimbangkan apakah layak menerima pinjaman kredit atau tidak. Account Officer (AO) berkewajiban untuk melakukan analisis kredit dan pengajuan kredit disetujui oleh Manager. Saat ini cara yang dilakukan bank dan perusahaan pembiayaan untuk mengetahui data-data calon debiturnya adalah dengan mengumpulkan berka-berkas calon debitur. Berkas-berkas tersebut meliputi identitas calon debitur, surat keterangan bekerja, jumlah tabungan, surat keterangan perincian penghasilan, dsb.
Karena pihak bank dan perusahaan pembiayaan membutuhkan banyak data calon debitur untuk dapat melakukan analisis kredit, maka dengan adanya teknologi yang sudah berkembang, Big Data Technology sangat dibutuhkan untuk mengolah kapasitas data yang lebih besar dan kumpulan data yang lebih kompleks. Kumpulan data ini memiliki cakupan yang sangat luas dimana perangkat lunak pengolah data tradisional tidak mampu untuk mengolahnya. Oleh karena itu, proses untuk mendapatkan data calon debitur yang konvensional tidak dapat selalu diandalkan, sehingga bank dan perusahaan pembiayaan butuh teknologi yang lebih canggih untuk bisa mendapatkan dan mengolah data yang lebih luas dan akurat secara cepat dan efisien.
Selain Big Data Technology, pihak pemberi kredit tersebut juga membutuhkan secondary data yang saat ini terdapat di dunia internet tepatnya di dalam sosial media dn aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk calon debitur. Data sekunder ini berguna sebagai data alternatif dimana data sekunder ini dapat digunakan sebagai data untuk melakukan pengecheckan kebenaran atas dokumen-dokumen yang telah dilengkapi oleh calon debitur atau data administratif lainnya yang dapat digunakan untuk melakukan analisia kredit lebih lanjut terhadap si calon debitur. Mengapa data sekunder ini cukup penting? Pada dasarnya informasi-informasi yang diperlukan bank dan perusahaan multifinance sudah dikumpulkan dan tersedia oleh pihak lain, sehingga waktu pengumpulan data lebih cepat dan data tersebut sudah siap untuk dilakukan analisis. Pada umumnya Secondary Data merupakan data alternatif dari luar yang bisa digunakan untuk menunjang kebutuhan data yang lebih banyak dan informatif dalam keperluan menganalisa kredit.
Agar memudahkan pihak bank dan perusahaan pembiayaan dalam menentukan calon debiturnya, AdIns menciptakan sebuah produk yang dapat membantu pihak pemberi kredit untuk mengetahui profil calon debiturnya secara akurat dan cepat. PROFIND akan membantu pihak pemberi kredit untuk mendapatkan data-data calon debitur yang terverifikasi. Data-data yang terkumpul digunakan untuk melakukan analisa kredit terhadap calon debitur. PROFIND menggunakan kemajuan teknologi untuk mempermudah menangkap data-data user dan memanfaatkan data alternatif dengan menggunakan machine learning untuk menjangkau pasar yang baru. Perlu diketahui bahwa, proses pengambilan data tidak hanya bisa mengandalkan cara-cara traditional, apalagi di situasi pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita untuk melakukan proses kerja dari rumah masing-masing. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat lunak yang lebih canggih untuk dapat memperoleh data yang lebih banyak dan lebih kompleks. PROFIND adalah salah satu solusi untuk membantu bank dan multifinance dalam meningkatkan proses memperoleh data.